Calender
Minggu, 18 Desember 2011
PERCAKAPAN MUSA A.S DENGAN TUHAN
Musa A.S: Oh Tuhan, ajarilah kami sesuatu yang dapat kami pakai untuk berzikir dan berdo'a kepada Engkau.
Tuhan: Ucapkan, Laa Ilaaha Illlallaah ha Musa.
Musa A.S: Oh Tuhan, semua hamba-Mu telah mengucapkan kalimat itu.
Tuhan: Hai Musa, andaikan langit yang tujuh berserta seluruh penghuninya selain Aku, dan bumi yang tujuh ditimbang dengan Laa Ilaaha Illallaah, nescaya masih berat Laa Ilaaha Illallaah.
Kata Hikmah :
1. Kisah ini diambil dari hadis Nabi S.A.W yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Abi Sa'id Al-Khud riyyi r.a.
2. Nilai Laa Ilaaha Illallaah lebih hebat daripada langit, bumi dan seluruh penghuninya.
3. Langit itu berpenghuni.
4. Bumi itu tujuh lapis sebagaimana langit.
5. Seutama-utama zikir adalah Laa Ilaaha Illallaah.
reposting from buletin annur
Sabtu, 03 Desember 2011
BATU-BATU YANG ANEH
Dalam sebuah hadis menceritakan, pada zaman dahulu ada seorang lelaki wukuf di Arafah. Dia berhenti di lapangan luas itu. Pada waktu itu orang sedang melakukan ibadat haji. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang sangat penting. Bahkan wukuf di Arafah itu disebut sebagai haji yang sebenarnya kerana apabila seorang itu berwukuf di padang Arafah dianggap hajinya telah sempurna walaupun yang lainnya tidak sempat dilakukan.
Sabda Rasulullah mengatakan :
· "Alhajju Arafat" (Haji itu wukuf di Arafah)
Rupanya lelaki itu tadi masih belum mengenali Islam dengan lebih mendalam. Masih dalam istilah 'muallaf'. Semasa dia berada di situ, dia telah mengambil tujuh biji batu lalu berkata pada batu itu :
· "Hai batu-batu, saksikanlah olehmu bahawa aku bersumpah bahawa tidak ada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu pesuruh Allah."
Setelah dia berkata begitu dia pun tertidur di situ. Dia meletakkan ketujuh-tujuh batu itu di bawah kepalanya. Tidak lama kemudian dia bermimpi seolah-olah telah datang kiamat. Dalam mimpi itu jyga dia telah diperiksa segala dosa-dosa dan pahalanya oleh Tuhan. Setelah selesai pemeriksaan itu ternyata dia harus masuk ke dalam neraka. Maka dia pun pergi ke neraka dan hendak memasuki salah satu daripada pintu-pintunya.
Tiba-tiba seketika batu kecil yang dikumpulnya tadi datang dekat pintu neraka tersebut. Tetapi mereka tidak sanggup rupanya. Malaikat azab telah berada di situ. Semua malaikat itu menolaknya masuk ke pintu neraka tersebut. Tapi sanggup rupanya. Kemudian dia pun pergi ke pintu lain. Para malaikat itu tetap berusaha hendak memasukkannya ke dalam neraka tapi tidak berjaya kerana batu mengikut ke mana sahaja dia pergi.
Akhirnya habislah ketujuh pintu neraka didatanginya. Para malaikat yang bertindak akan menyiksa orang-orang yang masuk neraka berusaha sekuat tenaga untuk menolak lelaki itu dalam neraka tetapi tidak berjaya. Sampai di pintu neraka nombor tujuh, neraka itu tidak mahu menerimanya kerana ada batu yang mengikutinya. Ketujuh-tujuh batu itu seolah-olah membentengi lelaki itu daripada memasuki neraka. Kemudian dia naik ke Arasy di langit yang ketujuh. Di situlah Allah berfirman yang bermaksud :
· "Wahai hambaku, aku telah menyaksikan batu-batu yang engkau kumpulkan di padang Arafah. Aku tidak akan menyia-nyiakan hakmu. Bagaimana aku akan menyia-nyiakan hakmu sedangkan aku telah menyaksikan bunyi 'syahadat' yang engkau ucapkan itu. Sekarang masuklah engkau ke dalam syurga."
Sebaik sahaja dia menghampiri pintu syurga itu, tiba-tiba pintu syurga itupun terbuka lebar. Rupanya kunci syurga itu adalah kalimat syahadat yang diucapkannya dahulu.
Senin, 15 Agustus 2011
Perkara yang Boleh dan Dilarang Bagi Orang yang Berpuasa
Ketahuilah wahai orang yang diberi taufik untuk mentaati Rabbnya, yang dinamakan orang puasa adalah orang yang mempuasakan seluruh anggota badannya dari dosa, mempuasakan lisannya dari perkataan dusta, kotor dan keji, mempuasakan lisannya dari perutnya dari makan dan minum dan mempuasakan kemaluannya dari jima'. Jika bicara, dia berbicara dengan perkataan yang tidak merusak puasanya, hingga jadilah perkataannya baik dan amalannya shalih.
Inilah puasa yang disyari'atkan Allah, bukan hanya tidak makan dan minum semata serta tidak menunaikan syahwat. Puasa adalah puasanya anggota badan dari dosa, puasanya perut dari makan dan minum. Sebagaimana halnya makan dan minum merusak puasa, demikian pula perbuatan dosa merusak pahalanya, merusak buah puasa hingga menjadikan dia seperti orang yang tidak berpuasa.
Nabi SAW telah menganjurkan seorang muslim yang puasa untuk berhias dengan akhlak yang mulia dan shalih, menjauhi perbuatan keji, hina dan kasar. Perkara-perkara yang jelek ini walaupun seorang muslim diperintahkan untuk menjauhinya setiap hari, namun larangannya lebih ditekankan lagi ketika sedang menunaikan puasa yang wajib.
Seorang muslim yang puasa wajib menjauhi amalan yang merusak puasanya ini, hingga bermanfaatlah puasanya dan tercapailah ketaqwaan yang Allah sebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
Karena puasa adalah pengantar kepada ketaqwaan, puasa menahan jiwa dari banyak melakukan perbuatan maksiat berdasarkan sabda Rasulullah SAW: "Puasa adalah perisai" (pelindung, red). Inilah saudaraku se-Islam, amalan-amalan jelek yang harus kau ketahui agar engkau menjauhinya dan tidak terjatuh ke dalamnya, bagi Allah-lah untaian syair:
‘Aku mengenal kejelekan bukan untuk berbuat jelek tapi untuk menjauhinya’
‘Barangsiapa yang tidak tahu kebaikan dari kejelekkan akan terjatuh padanya’
1. Perkataan Palsu
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya" (H.R. Bukhari 4/99)
2. Perbuatan Sia-sia dan Kotor
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah : Aku sedang puasa, aku sedang puasa " (H.R. Ibnu Khuzaimah 1996, Al-Hakim 1/430-431, sanadnya Shahih)
Oleh karena itu Rasulullah SAW mengancam dengan ancaman yang keras terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan tercela ini.
Bersabda As-Shadiqul Masduq yang tidak berkata kecuali wahyu yang diwahyukan Allah kepadanya: “Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)" (H.R. Ibnu Majah 1/539, Darimi 2/211, Ahmad 2/441,373, Baihaqi 4/270 dari jalan Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah. Sanadnya Shahih)
Sebab terjadinya yang demikian adalah karena orang-orang yang melakukan hal tersebut tidak memahami hakekat puasa yang Allah perintahkan atasnya, sehingga Allah memberikan ketetapan atas perbuatan tersebut dengan tidak memberikan pahala kepadanya. (Lihat Al-Lu'lu wal Marjan fima Ittafaqa 'alaihi Asy-Syaikhani 707 dan Riyadhis Shalihin 1215)
Oleh sebab itu Ahlul Ilmi dari generasi pendahulu kita yang shaleh membedakan antara larangan dengan makna khusus dengan ibadah hingga membatalkannya dan membedakan antara larangan yang tidak khusus dengan ibadah hingga tidak membatalkannya. (Rujuklah : Jami'ul Ulum wal Hikam hal. 58 oleh Ibnu Rajab]
Hal yang boleh dikerjakan oleh orang yg shaum
Seorang hamba yang taat serta paham Al-Qur'an dan Sunnah tidak akan ragu bahwa Allah menginginkan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya dan tidak menginginkan kesulitan. Allah dan Rasul-Nya telah membolehkan beberapa hal bagi orang yang puasa, dan tidak menganggapnya suatu kesalahan jika mengamalkannya. Inilah perbuatan-pebuatan tersebut beserta dalil-dalilnya.
1. Memasuki waktu subuh dalam keadaan junub
Diantara perbuatan SAW adalah masuk fajar dalam keadaan junub karena jima' dengan isterinya, beliau mandi setelah fajar kemudian shalat.
Dari Aisyah dan Ummu Salamah Radhiyallahu 'anhuma: “Sesungguhnya Nabi SAW memasuki waktu subuh dalam keadaan junub karena jima' dengan isterinya, kemudian ia mandi dan berpuasa" (H.R. Bukhari 4/123, Muslim 1109)
2. Bersiwak
Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali wudlu" (H.R. Bukhari 2/311, Muslim 252 semisalnya)
Rasulullah SAW tidak mengkhususkan bersiwak untuk orang yang puasa ataupun yang lainnya, hal ini sebagai dalil bahwa bersiwak itu diperuntukkan bagi orang yang puasa dan selainnya ketika wudlu dan shalat. (Inilah pendapat Bukhari Rahimahullah, demikian pula Ibnu Khuzaimah dan selain keduanya. Lihat Fathul Bari 4/158, Shahih Ibnu Khuzaimah 3/247, Syarhus Sunnah 6/298)
Demikian pula hal ini umum di seluruh waktu sebelum zawal (tergelincir matahari) atau setelahnya. Wallahu 'alam.
3. Berkumur dan Istinsyaq
Karena beliau SAW berkumur dan beristinsyaq (memasukkan air ke hidung) dalam keadan puasa, tetapi melarang orang yang berpuasa berlebihan ketika beristinsyaq.
Rasulullah SAW bersabda: “... Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali dalam keadaan puasa" (H.R. Tirmidzi 3/146)
4. Bercengkrama dan mencium isteri
Aisyah r.ha.pernah berkata: “Adalah Rasulullah SAW pernah mencium dalam keadaan berpuasa dan bercengkrama dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling bisa menahan diri" (H.R. Bukhari 4/131, Muslim 1106)
"Kami pernah berada di sisi Nabi SAW, datanglah seorang pemuda seraya berkata, "Ya Rasulullah, bolehkah aku mencium dalam keadaan puasa ?" Beliau menjawab, "Tidak". Datang pula seorang yang sudah tua dan dia berkata : "Ya Rasulullah, bolehkah aku mencium dalam keadaan puasa ?". Beliau menjawb : "Ya" sebagian kami memandang kepada teman-temannya, maka Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya orang tua itu (lebih bisa) menahan dirinya".( H.R. Ahmad 2/185).
5. Mengeluarkan darah dan suntikan yang tidak mengandung makanan (1)
Hal ini bukan termasuk pembatal puasa.
6. Berbekam
Dahulu berbekam merupakan salah satu pembatal puasa, namun kemudian dihapus dan telah ada hadits shahih dari Nabi SAW, bahwa beliau berbekam ketika puasa. Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma: “Sesungguhnya Nabi SAW berbekam, padahal beliau sedang berpuasa" (H.R. Bukhari 4/155-Fath, Lihat Nasikhul Hadits wa Mansukhuhu 334-338 karya Ibnu Syahin)
7. Mencicipi makanan
Hal ini dibatasi, yaitu selama tidak sampai di tenggorokan berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma: “Tidak mengapa mencicipi sayur atau sesuatu yang lain dalam keadaan puasa, selama tidak sampai ke tenggorokan" (H.R. Bukhari)
8. Bercelak, memakai tetes mata dan lainnya yang masuk ke mata
Benda-benda ini tidak membatalkan puasa, baik rasanya yang dirasakan di tenggorokan atau tidak. Inilah yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam risalahnya yang bermanfaat dengan judul Haqiqatus Shiyam serta murid beliau yaitu Ibnul Qayim dalam kitabnya Zadul Ma'ad, Imam Bukhari berkata dalam shahhihnya[(4/153-Fath) hubungkan dengan Mukhtashar Shahih Bukhari 451 karya Syaikh kami Al-Albani Rahimahullah, dan Taghliqut Ta'liq 3/151-152] : "Anas bin Malik, Hasan Al-Bashri dan Ibrahim An-Nakha'i memandang, tidak mengapa bagi yang berpuasa".
9. Mengguyurkan Air ke Atas Kepala dan Mandi
Bukhari menyatakan dalam kitab Shahihnya Bab: ‘Mandinya orang yang puasa’, Umar membasahi (dengan air untuk mendinginkan badannya karena haus ketika puasa) bajunya kemudian dia memakainya ketika dalam keadaan puasa. As-Sya'bi masuk kamar mandi dalam keadaan puasa. Al-Hasan berkata : "Tidak mengapa berkumur-kumur dan memakai air dingin dalam keadaan puasa".
Rasulullah SAW mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan. (H.R. Abu Daud, Ahmad)
SUMBER PENGURUS MASJID AT-TAQWA,YADARA BABARSARI,YOGYAKARTA.
Minggu, 07 Agustus 2011
Puasa Ramadhan Menuai Keutamaan
Selasa, 02 Agustus 2011
Dalam khazanah bahasa Indonesia, kata berislam yang merupakan terjemahan dari kata aslama terdengar asing ketimbang kata beriman, yang terjemahan dari amana , padahal keduanya banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Kata aslama atau berislam mengadung makna sikap berserah diri pada Tuhan sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Karena sebuah sikap, pilihan seseorang untuk berislam itu pada urutannya merupakan sesuatu yang immanent, sebuah pilihan hidup yang menyatu dengan kepribadian, bukan sebuah ideology yang berada di luar diri.
Dalam berbagai tulisanm, kata Islam selalu dengan huruf besar juga mengandung pengertian sebuah bangunan ajaran yang berada di luar diri kita, sebuah ideology yang telah final dan sempurna. Adalah kewajiban umat muslim untuk membela dengan seluruh jiwa dan raga. Pemahaman seperti ini tentu saja tidak salah, namun ada sisi-sisi yang terlewatkan. Jika kita merenungkan asal-usul kata Islam dan bagaimana konteksnya dalam Al-Qur’an, kata al-Islam selalu berkonotasi kata kerja. Ayat yang turun terakhir memang menegasskan bahwa agama yang diridhai Allah adalah al-Islam, yaitu ajaran Rasulullah SAW yang sesungguhnya juga merupakan ajaran dasar seluruh rasul Allah sejak nabi Adam. Intinya adalah tauhid dan penyempurnaan akhlak manusia. Ayat ini merupakan penutup dari proses panjang dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun.
Pemahaman dan penghayatan umat Islam generasi awal tentang kata al-Islam dengan kita sekarang sudah pasti memiliki kadar kedalaman yang berbeda. Di masa Rasulullah SAW, para sahabat lebih dahulu memperoleh pelajaran iman dalam sebuah proses panjang dan penuh dialektika, baik secara intelektual maupun fisikal. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan gerakan Muhammad SAW adalah dengan membandingkan kondisi social sesudah dan sebelumnya. Bayangkan hanya dalam waktu yang amat singkat menurut ukuran sejarah, padang pasir gersang dan masyarakatnya yang dikenal jahiliyah itu tiba-tiba berubah menjadi sumber penggerak dan model peradaban dunia. Orang muslim saat itu sangat percaya diri dan disegani oleh siapapun juga.
Saat ini kata Islam lebih dipahami sebagai perintah dan larangan. Islam telah menjadi kategori ideologis-sosiologis kelompok yang diperkuat dengan dokumen KTP (Kartu Tanda Penduduk). Dengan kata lain, meskipun kurang tepat, Islam seakan-akan ibarat baju yang ditawarkan dan dirancang secara instan, lalu dikenakan pada seseorang, entah karena alasan keturunan, mau menikah, atau ada juga sebagian yang memeluk Islam setelah melalui proses penemuan kebenaran dan keyakinan hidup.
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 83-85 yang artinya Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri."
Allah SWT menegur apakah manusia mau mencari dan mengikuti agama yang tidak mengajarkan sikap pasrah pada Allah SWT? Padahal semua yang ada di langit dan bumi seisinya semuanya berislam pada-Nya, baik secara suka rela maupun dengan paksaan, dan sesungguhnya semua yang ada ini nantinya akan kembali dan dikembalikan pada-Nya.
Sikap berislam ini telah diajarkan dan dilakukan oleh Nabi Ibrahim, Ismail, Ya’kub, Isa, dan para keturunannya karena ajaran untuk berserah diri ini datangnya dari Allah SWT. Dan sesungguhnya, setiap rasul itu saling menjaga dan meneruskan ajaran tauhid dan penyerahan diri sehingga sesungguhnya ajaran yang disampaikan Rasul Muhammad SAW adalah penerus dan penyempurna dar para rasul sebelumnya.
Islam sebagai sebuah nama agama berbeda dari agama lain yang dinisbatkan pada pendirinya atau nama tempat kelahirannya. Misalnya, agama Yahudi merupakan agama ayng dianut secara eksklusif oleh keturunan Nabi Ya’kub yang diikat dengan hubungan darah. Orang yang tidak memiliki hubungan darah sebagai bangsa Israel tidak akan dimasukkan sebagai pemeluk Yahudi. Agama Hindu sulit dipisahkan dari Benua Hindia tempat agama tersebut dilahirkan dan berkembang. Lalu, sebutan Kristen mengacu pada Yesus Kristus, sebagaimana agama Konghucu yang mengacu pada pendirinya. Nama agama-agama tersebut berbeda dari Islam yang dari segi bahasa serumpun dengan kata salam yang berarti damai ataupun aslama yang berarti berserah diri
Dengan demikian, ketika orientalis menyebut agama Islam dengan nama Muhammadanisme, segera memeroleh kritik, atau agama Makky yang menunjuk pada tempat kelahirannya. Dari segi nama saja, agama Islam telah menunjukkan universalitasnya bahwa sesungguhnya manusia dan alam semesta ini semuanya berislam pada Tuhan. Namun, karena anugerah akal dan kemerdekaannya, manusia memiliki potensi dan peluang untuk mengingkari dan menolak untuk berislam sebagaimana Islamnya alam semesta. Keberislaman jagad raya seisinya antara lain bisa dilihat yang pada keberislamannya air yang selalu mengalir ke tempat yang rendah, matahari berputar pada garis edarnya, pepohonan tumbuh dan berbuah sesuai dengan takdirnya, burung-burung berkicau sesuai dengan lagu dan iramanya, dan seterusnya yang semuanya itu menurut Al-Qur’an merupakan ekspresi sujud dan keberislaman mereka.
Dalam Al-Alqur’an, Allah SWT mengingatkan, sungguh manusia merupakan puncak ciptaan Allah yang paling mulia derajatnya dan paling sempurna kejadiannya. Namun, jika manusia tidak membimbing jalan hidupnya dengan iman dan amal kebajikan, mereka akan terjatuh menjadi makhluk yang paling hina karena lupa diri dan lupa pada tujuan hidupnya untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
Kamis, 20 Mei 2010
presentasi pemisahan ppk 1
http://rapidshare.com/files/389758726/PPK1.rar